Minggu, 11 Desember 2016

KEMITRAAN DALAM PROMOSI KESEHATAN


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemitraan merupakan upaya melibatkan berbagai komponen baik kelompok, masyarakat,      lembaga pemerintah atau non pemerintah untuk bekerja sama mencapai tujuan  bersama        berdasarkan atas kesepakatan, prinsip dan peran masing-masing
Pengembangan kesehatan masyarakat di Indonesia yang telah dijalankan selama ini masih    memperlihatkan adanya ketidaksesuaian antara pendekatan pembangunan kesehatan             masyarakat dengan tanggapan masyarakat, manfaat yang diperoleh masyarakat, dan               partisipasi masyarakat yang diharapkan. Meskipun di dalam Undang-undang No. 23 Tahun   1992 tentang Kesehatan telah ditegaskan bahwa tujuan pembangunan kesehatan masyarakat   salah satunya adalah meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah          kesehatannya. Oleh karena itu pemerintah maupun pihak-pihak yang memiliki perhatian        cukup besar terhadap pembangunan kesehatan masyarakat termasuk komunitas perlu            mencoba mencari terobosan yang kreatif agar program-program tersebut dapat dilaksanakan  secara optimal dan berkesinambungan.
Hingga saat ini, dan beberapa tahun yang akan datang di negara-negara berkembang seperti Indonesia, masalah kesehatan masih menjadi prioritas utama di kalangan masyarakat. Dan ini menjadi salah satu patokan keberhasilan program kesehatan di negara-negara yang sedang berkembang.
Kelompok masyarakat di negara ini, rata- rata mencangkup bayi, balita, anak, remaja,            dewasa, ibu hamil dll. Secara biologis dan sosiologis merupakan kesatuan yang sangat erat    untuk menanggung reiko kesehatan yang relatif lebih berat dan berjalan dengan seadanya.              Kelompok ibu berada dalam peran reproduksi (kehamilan dan persalinan ) disamping mereka juga sebagai tulang punggung kehidupan keluarga. Sementaraitu,  anak sampai dengan usia 5 tahun  adalah kelompok yang sangat bergantung dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang  justru sedang dalam fase kritis dalam proses pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental    dan sosialnya.
Angka kematian yang terus melonjak pada setiap tahunnya, termasuk angka kematian bayi    yang terus meningkat, contoh kasusnya seperti : dikarenakan penyebab utama tingginya         angka-angka tersebut memang masih kompleks. Pertolongan persalinan yang saat ini  masih dilakukan oleh “dukun bersalin tradisional” memang masih dianggap sebagai pemegang        peran utama tingginya angka-angka tersebut, meskipun pendekatan kepada dukun-dukun        tersebut sebenarnya sudah merupakan salah satu kegiatan utama dalam program KIA.           Keterlambatan merujuk ke fasilitas yang lebih mampu (Rumah Sakit, Dokter atau Bidan)      yang diduga masih menjadi penyebab tingginya “kecelakaan” persalinan bila dukun-dukun    tadi tiba-tiba menghadapi proses persalinan yang tidak normal, meskipun kewaspadaan untuk menghadapi hal-hal seperti ini sebenarnya sudah termasuk dalam bahan pelatihan yang seringkali diberikan kepada dukun-dukun tadi.
Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mengatasi masalah tersebut yang juga membutuhkan partisipasi masyarakat baik secara individu maupun secara kelompok agar derajat kesehatan masyarakat dapat ditingkatkan. Peran serta masyarakat dalam hal ini dapat berbentuk             program kemitraan yang saling menguntungkan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang menjadi dasar penyusunan makalah ini adalah :
1.2.1    Apa yang dimaksud dengan kemitraan dalam promosi kesehatan ?
1.2.2    Apa saja unsur- unsur kemitraan ?
1.2.3    Apa saja prinsip-prinsip kemitraan ?
1.2.4    Apa saja model dan jenis kemitraan ?
1.2.5    Apa saja dasar kemitraan ?
1.2.6    Apa saja ruang lingkup kemitraan ?
1.2.7    Bagaimana dasar pemikiran kemitraan dalam promosi kesehatan ?
1.2.8    Apa saja tujuan kemitraan ?
1.2.9   Bagaimana perilaku kemitraan dalam kesehatan ?
1.2.10 Apa saja syarat kemitraan ?
1.2.11 Apa itu promosi kesehatan ?
1.2.12  Bagaimana peran organisasi masyarakat dalam kemitraan ?
1.2.13  Bagaimana sistem kemitraan kesehatan ?

1.3 Tujuan Makalah
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
1.3.1    Mengetahui pengertian dari kemitraan dalam pendidikan dan promosi
            kesehatan.
1.3.2    Mengetahui dan menerapkan prinsip-prinsip kemitraan dalam
            pendidikan dan promosi kesehatan di masyarakat.
1.3.3    Mengetahui dan menjelaskan model-model dalam kemitraan.
1.3.4    Mengetahui dan menerapkan kerangka berpikir dalam kemitraan.




1.4 Manfaat Makalah
Manfaat yang dapat kita ambil dari makalah ini adalah :
1.4.1   Mengetahui, memahami dan mengerti apa yang dimaksud dengan kemitraan dalam promosi kesehatan.
1.4.2    Mengetahui penerapan prinsip-prinsip kemitraan dalam pendidikan dan promosi kesehatan.
1.4.3    Mengetahui model-model kemitraan.
1.4.4    Mengetahui bagaimana prilaku kemitraan di Kesehatan.













BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kemitraan
Secara teoritis, Eisler dan Montuori (1997) membuat pernyataan yang menarik yang berbunyi bahwa “memulai dengan mengakui dan memahami kemitraan pada diri sendiri dan orang       lain, dan menemukan alternatif yang kreatif bagi pemikiran dan perilaku dominator              merupakan    langkah pertama ke arah membangun sebuah organisasi kemitraan.” Dewasa inigaya-gaya seperti perintah dan kontrol kurang dipercaya. Di dunia baru ini, yang                    dibicarakan orang adalah tentang karyawan yang “berdaya”, yang proaktif, karyawan  yang   berpengetahuan yang menambah nilai dengan menjadi agen perubahan.
Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok. Menurut Notoatmodjo (2003), kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Ada berbagai pengertian kemitraan secara umum (Promkes Depkes RI) meliputi:
a. kemitraan mengandung pengertian adanya interaksi dan interelasi minimal antara dua pihak atau lebih dimana masing-masing pihak merupakan ”mitra” atau ”partner”.
b. Kemitraan adalah proses pencarian/perwujudan bentuk-bentuk kebersamaan yang saling menguntungkan dan saling mendidik secara sukarela untuk mencapai kepentingan bersama.
c. Kemitraan adalah upaya melibatkan berbagai komponen baik sektor, kelompok masyarakat, lembaga pemerintah atau non-pemerintah untuk bekerja sama mencapai tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan, prinsip, dan peran masing-masing.
d. Kemitraan adalah suatu kesepakatan dimana seseorang, kelompok atau organisasi untuk bekerjasama mencapai tujuan, mengambil dan melaksanakan serta membagi tugas, menanggung bersama baik yang berupa resiko maupun keuntungan, meninjau ulang hubungan masing-masing secara teratur dan memperbaiki kembali kesepakatan bila diperlukan. (Ditjen P2L & PM, 2004)

Kemitraan adalah upaya yang melibatkan berbagai sektor, kelompok masyarakat, lembaga    pemerintah maupun bukan pemerintah, untuk bekerjasama dalam mencapai suatu tujuan        bersama berdasarkan kesepakatan prinsip dan peran masing-masing, dengan demikian untuk membangun kemitraan harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu persamaan perhatian,      saling percaya dan saling menghormati, harus saling menyadari pentingnya kemitraan, harus ada kesepakatan misi, visi, tujuan dan nilai yang sama, harus berpijak padalandasan yang       sama, kesediaan untuk berkorban.
Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau kerjasama dari   berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok. Menurut Notoatmodjo (2003),       ”kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok      atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu”.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti kata mitra adalah teman, kawan kerja,  pasangan kerja, rekan. Kemitraan artinya perihal hubungan atau jalinan kerjasama sebagai   mitra.Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok.

2.2 Unsur-unsur Kemitraan
Adapun unsur-unsur kemitraan adalah :
1.      Adanya hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih
2.      Adanya kesetaraan antara pihak-pihak tersebut
3.      Adanya keterbukaan atau kepercayaan (trust relationship) antara pihak-pihak tersebut
4.      Adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan atau memberi manfaat.
Menurut Ansarul Fahruda, dkk (2005), untuk membangun sebuah kemitraan, harus                didasarkan pada hal-hal berikut :
a. Kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan,
b. Saling mempercayai dan saling menghormati
c. Tujuan yang jelas dan terukur
d. Kesediaan untuk berkorban baik, waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain.

2.3 Prinsip Kemitraan
Terdapat 3 prinsip kunci yang perlu dipahami dalam membangun suatu kemitraan oleh masing-masing anggota kemitraan yaitu:
a. Prinsip Kesetaraan (Equity)
Individu, organisasi atau institusi yang telah bersedia menjalin kemitraan harus merasa sama atau sejajar kedudukannya dengan yang lain dalam mencapai tujuan yang disepakati.
b. Prinsip Keterbukaan
Keterbukaan terhadap kekurangan atau kelemahan masing-masing anggota serta berbagai sumber daya yang dimiliki. Semua itu harus diketahui oleh anggota lain. Keterbukaan ada sejak awal dijalinnya kemitraan sampai berakhirnya kegiatan. Dengan saling keterbukaan ini akan menimbulkan saling melengkapi dan saling membantu diantara golongan (mitra).
c. Prinsip Azas manfaat bersama (mutual benefit)
Individu, organisasi atau institusi yang telah menjalin kemitraan memperoleh manfaat dari kemitraan yang terjalin sesuai dengan kontribusi masing-masing. Kegiatan atau pekerjaan akan menjadi efisien dan efektif bila dilakukan bersama.
Beberapa prinsip kemitraan yang lainnya yaitu:
1.      Saling menguntungkan (mutual benefit)
Saling menguntungkan disini bukan hanya materi tetapi juga non materi, yaitu dilihat dari     kebersamaan atau sinergisme dalam mencapai tujuan.
2.      Pendekatan berorientasi hasil
Tindakan kemanusiaan yang efektif harus didasari pada realitas dan berorientasi pada              tindakan. Hal ini membutuhkan koordinasi yang berorientasi hasil dan berbasis pada              kemampuan efektif dan kapasitas operasional yang konkrit.
3.      Keterbukaan (transparansi)
Apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan tiapanggota mitra harus diketahhui oleh            anggota yang lain Transparansi dicapai melalui dialog (pada tingkat yang setara) dengan      menekankan konsultasi dan pembagian informasi terlebih dahulu. Komunikasi dan                 transparansi, termasuk transparansi finansial, membantu meningkatkan kepercayaan antar     organisasi.
4.      Kesetaraan
Masing-masing pihak yang bermitra harus merasa duduk sama rendah dan berdiri sama          tinggi, tidak boleh satu anggota memaksakan kehendak kepada yang lain. Kesetaraan            membutuhkan rasa saling menghormati antar anggota kemitraan tanpa melihat besaran dan    kekuatan. Para peserta harus saling menghormati mandat kewajiban dan kemandirian dari      anggota yang lain serta memahami  keterbatasan dan komitmen yang dimiliki satu sama lain. Sikap saling menghormati tidak menghalangi masing-masing organisasi untuk terlibat dalam pertukaran pendapat yang konstruktif.
5.      Tanggung Jawab
Organisasi kemanusiaan memiliki tanggung jawab etis terhadap satu sama lain dalam            menempuh tugas-tugasnya secara bertanggung jawab dengan integritas dan cara yang relevan dan tepat. Organisasi kemanusiaan harus meyakinkan bahwa mereka hanya akan                    berkomitmen terhadap sesuatu kegiatan ketika mereka memang memiliki alat, kompetensi,    keahlian dan kapasitas untuk mewujudkan komitmen tersebut. Pencegahan yang tegas dan      jelas terhadap penyelewengan yang dilakukan oleh para pekerja kemanusiaan harus menjadi usaha yang berkelanjutan.
6.      Saling Melengkapi
Keragaman dari komunitas kemanusiaan adalah sebuah aset bila dibangun atas kelebihan-     kelebihan komparatif dan saling melengkapi kontribusi yang satu dengan yang lain. Kapasitas lokal adalah salah satu aset penting untuk ditingkatkan dan menjadi dasar pengembangang.  Ketika memungkinkan, organisasi-organisasi kemanusiaan harus berjuang untuk menjadikan aset lokal sebagai bagian integral dari tindakan tanggap darurat dimana hambatan budaya dan bahasa harus diatasi.
Prinsip-prinsip kemitraan menurut WHO untuk membangun kemitraan kesehatan
·         Policy-makers (pengambil kebijakan)
·         Health managers
·         Health professionals
·         Academic institutions
·         Communities institutions
Adapun ruang lingkup kemitraan secara garis besar adalah :
a) Persiapan;
b) Inisiasi Kemitraan;
c) Pelaksanaan kerjasama;
d) Pelaporan;
e) Publikasi hasil pelaksanaan

2.4 Model-model Kemitraan dan Jenis Kemitraan
Secara umum, model kemitraan dalam sektor kesehatan dikelompokkan menjadi dua (Notoadmodjo, 2003) yaitu:
a. Model I
Model kemitraan yang paling sederhana adalah dalam bentuk jaring kerja (networking) atau building linkages. Kemitraan ini berbentuk jaringan kerja saja. Masing-masing mitra memiliki program tersendiri mulai dari perencanaannya, pelaksanaannya hingga evalusi. Jaringan tersebut terbentuk karena adanya persamaan pelayanan atau sasaran pelayanan atau karakteristik lainnya.
b. Model II
Kemitraan model II ini lebih baik dan solid dibandingkan model I. Hal ini karena setiap mitra memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap program bersama. Visi, misi, dan kegiatan-kegiatan dalam mencapai tujuan kemitraan direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi bersama.
Menurut Beryl Levinger dan Jean Mulroy (2004), ada empat jenis atau tipe
kemitraan yaitu:

a. Potential Partnership
Pada jenis kemitraan ini pelaku kemitraan saling peduli satu sama lain tetapi belum bekerja bersama secara lebih dekat.
b. Nascent Partnership
Kemitraan ini pelaku kemitraan adalah partner tetapi efisiensi kemitraan tidak maksimal
c. Complementary Partnership
Pada kemitraan ini, partner/mitra mendapat keuntungan dan pertambahan pengaruh melalui perhatian yang besar pada ruang lingkup aktivitas yang tetap dan relatif terbatas seperti program delivery dan resource mobilization.
d. Synergistic Partnership
Kemitraan jenis ini memberikan mitra keuntungan dan pengaruh dengan masalah pengembangan sistemik melalui penambahan ruang lingkup aktivitas baru seperti advokasi dan penelitian.
Bentuk-bentuk/tipe kemitraan menurut Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI yaitu terdiri dari aliansi, koalisi, jejaring, konsorsium, kooperasi dan sponsorship. Bentuk-bentuk kemitraan tersebut dapat tertuang dalam:
a. SK bersama
b. MOU (Memorantum of understanding)
c. Pokja
d. Forum Komunikasi
e. Kontrak Kerja/perjanjian kerja

2.5 Dasar Kemitraan
1.      Kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan
Dalam membangun kemitraan,masing-masing anggota harusmerasa mempunyai perhatian     dan kepentingan bersama. Tanpaadanya perhatian dan kepentingan yang sama terhadap         suatumasalah niscaya kemitraan tidak akan terjadi. Sektor kesehatan harus mampu                menimbulkan perhatian terhadap masalah kesehatan bagi sektor-sektor lain non kesehatan,    dengan upaya-upaya informasi dan advokasi secara intensif.
2.      Saling mempercayai dan saling menghormati
Kepercayaan (trust) adalah modal dasar setiap relasi/hubungan antar manusia, kesehatan        harus mampu menimbulkan trust bagi partnernya.
3.      Tujuan yang jelas dan terukur
Arti penting dari kemitraan adalah mewujudkan kebersamaan antar anggota untuk                menghasilkan sesuatu yang menuju kearah perbaikan kesehatan masyarakat pada khususnya, kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Penting dilakukan advokasi dan informasi.
4.      Kesediaan untuk berkorban baik, waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain.
Visi, misi, tujuan dan nilai tentang kesehatan perlu disepakatibersama, dan akan sangat         memudahkan untuk timbulnya komitmen bersama untuk menanggulangi masalah kesehatan   bersama, hal ini harus meliputi semua tingkatan organisasi sampai petugas lapangan.

2.6 Tahap – tahap Kemitraan
Untuk mengembangkan kemitraan di bidang kesehatan secara konsep terdiri atas 3 tahap        yaitu:
1.         Kemitraan lintas program di lingkungan sektor kesehatan sendiri
2.         Kemitraan lintas sektor di lingkungan institusi pemerintah
3.         Membangun kemitraan yang lebih luas, lintas program, lintas sektor lintas bidang dan lintas organisasi yang mencakup:
a)    Unsur pemerintah
b)   Unsur swasta atau dunnia usaha
c)    Unsur LSM da organisasi massa
d)   Unsur organisasi profesi

2.7  Dasar Pemikiran Kemitraan dalam Kesehatan
1.  Kesehatan adalah hak azasi manusia, merupakan investasi, dan sekaligus merupakan         kewajiban bagi semua pihak.
2.  Masalah kesehatan saling berkaitan dan saling mempengaruhi dengan masalah lain, seperti masalah pendidikan, ekonomi, sosial, agama, politik, keamanan, ketenagakerjaan, pemerintahan, dll.
3.   Karenanya masalah kesehatan tidak dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut, khususnya kalangan        swasta.
4.  Dengan peduli pada masalah kesehatan tersebut, berbagai pihak khususnya pihak swasta   diharapkan juga memperoleh manfaat, karena kesehatan meningkatan kualitas SDM dan      meningkatkan produktivitas.
5.  Pentingnya kemitraan (partnership) ini mulai digencarkan oleh WHO pada konfrensi         internasional promosi kesehatan yang keempat di Jakarta pada tahun 1997.
6.   Sehubungan dengan itu perlu dikembangkan upaya kerjsama yang saling memberikan     manfaat. Hubungan kerjasama tersebut akan lebih efektif dan efisien apabila juga didasari     dengan kesetaraan.

2.8 Tujuan Kemitraan
Tujuan umum :
·         Meningkatkan percepatan, efektivitas dan efisiensi upaya kesehatan dan upaya           pembangunan pada umumnya.
Tujuan khusus :
·         Meningkatkan saling pengertian
·         Meningkatkan saling percaya
·         Meningkatkan saling memerlukan
·         Meningkatkan rasa kedekatan
·         Membuka peluang untuk saling membantu
·         Meningkatkan daya, kemampuan, dan kekuatan
·         Meningkatkan rasa saling menghargai
Hasil yang diharapkan :
·         Adanya percepatan, efektivitas dan efisiensi berbagai upaya termasuk kesehatan.




2.9  Perilaku Kemitraan
Adalah semua pihak, semua komponen masyarakat dan unsur pemerintah, Lembaga              Perwakilan Rakyat, perguruan tinggi, media massa, penyandang dana, dan lain-lain,               khususnya swasta
 6 langkah pengembangan kemitraan :
1.                  penjajagan/persiapan,
2.                  penyamaan persepsi,
3.                  pengaturan peran,
4.                  komunikasi intensif,
5.                  melakukan kegiatan, dan
6.                  melakukan pemantauan & penilaian.

*      Beberapa alternatif peran yang dapat dilakukan, sesuai keadaan, masalah dan potensi             setempat adalah :
1.         Initiator : memprakarsai kemitraan dalam rangka sosialisasi dan operasionalisasi         Indonesia Sehat.
2.         Motor/dinamisator : sebagai penggerak kemitraan, melalui pertemuan, kegiatan          bersama, dll.
3.         Fasilitator : memfasiltasi, memberi kemudahan sehingga kegiatan kemitraan               dapat berjalan lancar.
4.         Anggota aktif : berperan sebagai anggota kemitraan yang aktif.
5.         Peserta kreatif : sebagai peserta kegiatan kemitraan yang kreatif.
6.         Pemasok input teknis : memberi masukan teknis (program kesehatan).
7.         Dukungan sumber daya : memberi dukungan sumber daya sesuai keadaan, masalah     dan potensi yang ada.

*      Indikator  keberhasilan dalam kemitraan
1.         Indikator input : Jumlah mitra yang menjadi anggota.
2.         Indikator proses :Kontribusi mitra dalam jaringan kemitraan, jumlah pertemuan yang diselenggarakan, jumlah dan jenis kegiatan bersama yang dilakukan, keberlangsungan           kemitraan yang dijalankan.
3.         Indikator output : Jumlah produk yang dihasilkan, percepatan upaya yang dilakukan,  efektivitas dan efisiensi upaya yang diselenggarakan.

*      Contoh Kemitraan dalam Kesehatan
1.         AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia)
2.         Balai Keperawatan
3.         Kemitraan antara bidan dengan dukun bayi
4.         Paguyuban Penderita Tuberkulosis

2.10 Promosi Kesehatan
Suatu proses memberdayakan atau memandirikan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan, serta pengembangan lingkungan sehat.

*      Five level of Prevention (Leavel & Clark):
Health Promotion (Promosi kesehatan)
Specific Protection (Perlindungan khusus)
Early Diagnosis and Prompt Treatment (Diagnosis dini dan pengobatan segera)
Disability Limitation (Mengurangi terjadinya kecacatan)
Rehabilitation. (pemulihan)

*      Strategi Promosi Kesehatan  (WHO, 1994) :
1.      Advokasi (Advocacy)
2.      Dukungan sosial (Social Support)
3.      Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)

*      STRATEGI BARU PROMOSI KESEHATAN (Ottawa Charter, 1986)
Kebijakan berwawasan kesehatan (Healthy public policy)
Lingkungan yang mendukung (Supportive environment)
Reorientasi pelayanan kesehatan (Reorient health service)
Ketrampilan individu (personnel skill)
Gerakan masyarakat (community action)


2.11 Syarat dalam Kemitraan
1. Kesamaan perhatian ( common interest )
Dalam membangun kemitraan,masing-masing anggota harus merasa mempunyai perhatian dan kepentingan bersama. Tanpa adanya perhatian dan kepentingan yang sama terhadap suatu masalah niscaya kemitraan tidak akan terjadi. Sektor kesehatan harus mampu menimbulkan perhatian terhadap masalah kesehatan bagi sektor-sektor lain non kesehatan, dengan upayaupaya informasi dan advokasi secara intensif.

2. Saling mempercayai dan menghormati
Kepercayaan (trust) _ modal dasar setiap relasi/hub antar manusia, kesehatan harus mampu menimbulkan trust bagi partnernya.

3.Saling menyadari pentingnya arti kemitraan
Arti penting dari kemitraan adalah mewujudkan kebersamaan antar anggota untuk menghasilkan sesuatu yang menuju kearah perbaikan kesehatan masyarakat pada khususnya, kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Penting dilakukan _ advokasi dan informasi.

4. Kesepakatan Visi, misi, tujuan dan nilai
Visi, misi, tujuan dan nilai tentang kesehatan perlu disepakati bersama, dan akan sangat memudahkan untuk timbulnya komitmen bersama untuk menanggulangi masalah kesehatan bersama, hal ini harus meliputi semua tingkatan organisasi sampai petugas lapangan.
5. Berpijak pada landasan yang sama
Prinsip lain yang harus dibangun dalam kemitraan adalah bahwa kesehatan merupakan aspek yang paling utama dalam kehidupan manusia. Sektor kesehatan harus mampu meyakinkan kepada sektor lain bahwa “health is not everything, but without health everything is nothing” disini Informasi dan Advokasi sangat penting.

6. Kesediaan untuk berkorban
Dalam kemitraan sangat memerlukan sumber daya, baik berupa tenaga, sarana dan dana yang dapat berasal dari masing-masing mitra, tetapi dapat juga diupayakan bersama. Disinilah dibutuhkan pengorbanan dalam bentuk tenaga, pikiran, dana, materi, waktu dsb.

2.12 Peran dalam Kemitraan
Beberapa contoh dibawah ini adalah peranan sektor atau ormas dalam membangun    kemitraan :
1. Sektor Kesehatan : sebagai penggerak, perumus standar/pedoman.
2. Sektor diluar kesehatan : pengembang kebijakan lingkungan dan perilaku sehat.
3. Organisasi profesi : memberi masukan, pengembangan, dukungan sumberdaya dan peran aktif.
4. Ormas dan LSM : memberi masukan, pengembangan, dukungan sumberdaya dan peran aktif.
5. Media masa : memberi masukan, penyebarluasan informasi.
6. Swasta : memberi dukungan sumber daya dalam bentuk sarana, dana, dan tenaga.






2.13 Sistem Kemitraan Kesehatan
Description: E:\capture-20161121-205030.png






Ø  Input
·         Meliputi Jenis dan jumlah instansi/sektor yang akan diajak bermitra,mengkaji potensi masing-masing sektor, yang meliputi :           
a.       Sumberdaya manusia
b.      Keuangan
c.       Tugas pokok dan fungsi masing-masing
d.      Lainnya
·         Prediksi peran masing-masing.

Ø  Proses
·         Diadakan pertemuan dengan tahapan :
a.       Penjajakan
b.      Sosialisasi / advokasi
c.       Dibangun kesepakatan
·         Pertemuan pendalaman dan penyusunan rencana kegiatan
Description: E:\capture-20161121-204522.png






                                          
                                     (Bentuk Mekanisme Kerja;Diagram Pilar Kemitraan)

Ø  Output
·         Tersusunnya rencana kerja yang berisi :
a.       Program
b.      Kegiatan
c.       Penanggung jawab
d.      Peran masing-masing
e.       Lokasi
f.       Waktu
g.      Biaya
·         Pelaksanaan Kegiatan
·         Monitoring dan Evaluasi



Ø  Outcome
·         Indikator Kesehatan Membaik :
a)      ANGKA KESAKITAN (IR, PR)
b)      ANGKA KEMATIAN
c)      ANGKA KELAHIRAN
d)     UMUR HARAPAN HIDUP
e)      PERILAKU KESEHATAN
f)       STATUS GIZI















BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kemitraan dapat disimpulkan berhasil jika banyaknya mitra yang terlibat, sumberdaya (3M) tersedia (input), pertemuan-pertemuan, lokakarya, kesepakatan bersama, seminat (proses), terbentuknya jaringan kerja, tersusunnya program dan pelaksanaan kegiatan bersama (output), membaiknya indikator derajat kesehatan (outcome). Fokus praktik keperawatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat. Pengorganisasikan komponen masyarakat yang dilakukan oleh perawat spesialis komunitas dalam upaya peningkatan, perlindungan dan pemulihan status kesehatan masyarakat dapat menggunakan pendekatan pengembangan masyarakat (community development). Intervensi keperawatan komunitas yang paling penting adalah membangun kolaborasi dan kemitraan bersama anggota masyarakat dan komponen masyarakat lainnya, karena dengan terbentuknya kemitraan yang saling menguntungkan dapat mempercepat terciptanya masyarakat yang sehat.
Model kemitraan keperawatan komunitas dalam pengembangan kesehatan masyarakat” merupakan paradigma perawat spesialis komunitas yang relevan dengan situasi dan kondisi profesi perawat di Indonesia. Model ini memiliki ideologi kewirausahaan yang memiliki dua prinsip penting, yaitu kewirausahaan dan advokasi pada masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan azas keadilan sosial dan azas pemerataan. Dalam tulisan ini telah disajikan analisis mengenai kemanfaatan model
kemitraan keperawatan komunitas terhadap: keperawatan spesialis komunitas, sistem pendidikan keperawatan komunitas, regulasi, sistem pelayanan kesehatan, dan masyarakat serta implikasi model terhadap pengembangan kebijakan keperawatan komunitas dan promosi kesehatan di Indonesia.
3.2 Saran-Saran
1. Dapat dikembangkannya model praktik keperawatan komunitas yang terintegrasi  antara praktik keperawatan dengan basis riset ilmiah.
2. Mengenalkan model praktik keperawatan komunitas.
3. Meningkatkan proses berpikir kritis dan pengorganisasian pengembangan kesehatan masyarakat
4. Meningkatkan jejaring dan kemitraan dengan masyarakat dan sektor terkait
5. Meningkatkan legalitas praktik keperawatan spesialis komunitas
6. Mendorong praktik keperawatan komunitas yang profesional
















DAFTAR PUSTAKA


Anonym, 2009. Model Kemitraan Keperawatan Komunitas DalamPengembangan Kesehatan Masyarakat. Dinas Kesehatan kabupaten  Ngawi (online).( http://www.dinkesngawi.net/ di akses 2 Oktober 2009).
Anonym. 2007. Prinsip-prinsip Kemitraan. Sebuah Pernyataan  Komitmen . Global  Humanitarian Platform (online).  (www.globalhumanitarianplatform.org di akses 2 Oktober 2009)
http://documents.tips/documents/kemitraan-dalam-promosi-kesehatan.html